Perjalanan Ke Hulu Mahakam
Perjalanan dari
Tering sampai Long Apari
Mencelupkan kaki di sungai yang airnya kecoklatan, dingin
dan berarus deras seakan membuktikan bahwa ini bukan mimpi melainkan awal dari sebuah
perjalanan, yang mungkin berbeda dari perjalanan sebelumnya.
Sungai Mahakam mengular dari hilirnya di selat
Makasar membelah hutan dan perbukitan, hingga ke hulunya dengan panjang kurang lebih 920 kilometer.
Perjalanan mudik diawali pada kondisi sungai berarus tenang
walaupun melawan arus.
Speed (boat)
membawa kami dari pelabuhan Tering
menuju Long Bagun, melaju melalui hamparan air yang luas, dengan
pemandangan di kiri dan kanan berupa hutan hijau yang lebat menjulang menjemput
langit biru.
Kisaran kecepatan
speedboat 20-30 km/jam; Alat angkut ini terbuka di bagian samping, atapnya tertutup
bahan fiber yang menyatu sebagai body speedboat.
Suara riuh mesin lama-lama tidak terasa karena perhatian kita akan lebih tertuju pada alam yang memamerkan keindahan berpadu dengan keperkasaannya membuat kita merasa kecil dan tak berarti di tengah aliran air Mahakam. Sejarah Mahakam Hulu yang kini menjadi Kabupaten Mahakan Ulu disingkat Mahulu ini sudah ada sejak zaman Belanda, tepatnya tahun 1905 ketika Kesultanan Kutai membagi wilayahnya menjadi dua, yaitu Mahakam Hulu atau Boven Mahakam dengan pusat kotanya di Long Iram, dan Mahakam Hilir disebut Vierkante Pall dengan pusat kotanya di Samarinda
Perjalanan menggunakan speedboat melawan arus dari
pelabuhan Tering ke Long Bagun - ibukota kabupaten Mahulu diseling istirahat di
Long Iram sebuah kota tua, ‘kota’ yang
eksis namanya sejak jaman Belanda. Long Iram, pada waktu itu sering disebut
namanya karena keberadaan sungai Kelian yang muaranya mengalir ke sungai
Mahakam. Sungai Kelian dianggap sebagai sungai emas, karena di bagian hulu
sungainya mempunyai kandungan emas yang cukup tinggi. Kehidupan masyarakatnya
makmur dari hasil mendulang emas sungai Kelian. Konon, dalam setahun, emas yang
didulang secara tradisional ini dapat mencapai 100 hingga 300 kilogram.
Kini Long Iram tak beda dengan kampung lain di hulu
Mahakam. Saat kemarau tiba, saat ladang mengering, mendulang emas dengan
meyelam menjadi pilihan penduduk untuk sekedar menambah penghasilan memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Estafet II. Dari Long Iram ke Long Bagun
Perjalanan lanjut ke Long Bagun, tempat transit atau menginap bila menuju Long Apari. Di kecamatan Long Bagun ada beberapa kampung diantaranya : Ujoh Bilang dan Batoq Kelo. Ujoh Bilang kini ‘dinobatkan’ sebagai ibukota kabupaten Mahulu. Sedangkan Batoq Kelo sebagai pelabuhan speedboat menuju Long Apari. Batas alam dengan wilayah Serawak dan Malaysia Timur
adalah bentangan pegunungan.
Batoq Kelo sebagai pelabuhan umumnya hanya menjadi tempat transit bagi para pendatang yang akan meneruskan perjalanan.Penduduk di Bato Kelo sangat ramah pada para tamu terutama yang baru turun dari speedboat.
Saat makan , saat belanja keperluan survey, orang disana rata-rata menyapa dengan pertanyaan yang sama : “mau kemana” dan “sudah dapat speedboat belum” ?
Bato Kelo ini tempat ‘terakhir’ bagi masih mempunyai
berbagai kebutuhan atau barang yang lupa dibawa. Mulai dari bahan makanan,
pipa, senter, baterai alkaline sampai pakaian masih mudah didapat di toko yang
berderet dan buka hingga malam hari. Belum setahun Batoq Kelo diterangi listrik
pada malam hari. Jadi masih terasa
euphoria dalam menikmati terang benderang di malam hari. Masjid di tengah
kampung masih menyuarakan pengajian anak-anak hingga menjelang pukul 10 malam.
2 Komentar:
Jeram2 di Mahakan bagian hulu cocok untuk yang suka arung jeram, rafting.
maaf....tulisannya madih draft. lumayan unt yg akan ke mahulu dpt jd salah satu panduan perjalanan.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda