Senin, 27 Juni 2016

Menuju Tiong Ohang


Jadwal speedboat dari Long Bhagun menuju kecamatan Long Apari, umumnya berangkat pukul 9 pagi. Di tempat transit - Long Bhagun ibukota Kabupaten Mahakam Ulu, sejak pagi toko-toko dan para penjual makanan sudah siaga, rutin menjajakan makanan pagi hari untuk persiapan bagi yang akan ke Long Apari.Matahari masih sepenggalah ketika perjalanan dimulai dari pelabuhan Batoq Kelo menuju Tiong Ohang – ibukota kecamatan Long Apari.

Dari Batoq Kelo ke Long Apari melalui satu kecamatan lain yaitu Long Pahangai. Perkiraan perjalanan adalah 5 jam tergantung besar atau kecilnya arus sungai, demikian pula penggunaan bahan bakar untuk speedboat,fluktuatif.
Pada saat berangkat, petugas dari dinas Perhubungan setempat mendaftar nama-nama penumpang sekaligus mengecek pembagian pelampung. Dibandingkan dengan perjalanan dari Tering - Long Bagun sebelumnya, dirasa perjalanan ini akan lebih berat, karena penggunaan motor maupun asisten motorisnya : Dobel. Mesin motor dua buah, asisten motoris, 2 orang.Arus Mahakam relative tenang, airnya lagi “baik” bu….seorang Bapak yang duduk di sebelah saya seolah tahu saya agak khawatir karena dari awal sudah menggunakan pelampung sesaat setelah pelampung dibagikan. Saya amati, hanya saya yang mengenakan pelampung, biarlah gak apa-apa, lumayan dapat melindungi diri dari angin yang bertiup kencang. Disini umumnya orang tidak menyebut speedboat, melainkan speed. Ada beberapa jenis angkutan di Mahakam ini yaitu speed, ces dan ces yang besar dan panjang disebut long boat - untuk mengangkut barang serta kapal kayu.


Kapal kayu jalannya paling lambat, tapi paling murah, dan pemberhentian terakhirnya sampai di Long Bagun. Waktu tempuh dari Samarinda - Long Bagun menggunakan kapal kayu sekitar 2 hari 2 malam. Banyak juga peminatnya, karena selain murah juga bisa puas menikmati eksotisme Mahakam.Perjalanan mudik atau milir di sungai Mahakan dijamin tak membosankan.
Tebing karts terlihat menjulang tinggi dengan kokohnya. Warnanya putih , semakin menyilaukan saat diterpa teriknya matahari, berpadu dengan warna hijau pohon-pohon yang masih dapat tumbuh di batuan kapur ini. Dibawahnya mengalir sungai yang airnya jernih kecoklatan.

Salah satu bentangan Karts yang diusulkan pemerintah Indonesia untuk menjadi  world heritage pada Perserikatan Bangsa- Bangsa. Menurut cerita di pegunungan Karts tersebut pada abad 17-18 terdapat kerajaan Panihing. Saat terjadi peperangan dengan kerajaan Kutai, semua mengungsi dan harta benda disimpan di dalam gua-gua Karts.Saat ini, suku Panihing tinggal di Kecamatan Long Apari yang terdiri dari 10 Kampung atau desa, 6 diantaranya dihuni oleh suku Dayak Panihing atau Auheng. Ada satu desa yaitu Naha Tivab yang dihuni suku dari Kalimantan Barat dan Suku Dayak Muntai atau Soputan di Kampung Pananeh I, II dan III yang selalu hidup berdampingan  dengan Suku Panihing.



Karts yang dibentuk dari kapur dan dolomit ratusan ribu hingga jutaan tahun yang lalu wajib dilindungi sebagai bagian dari konservasi alam. Di dalamya banyak sungai-sungai bawah tanah, goa-goa penyimpan artefak prasejarah dan penopang ekonomi masyarakat adat dengan wallet dan madu yang tersimpan di goa karts  maupun di tebing-tebing yang tegaklurus menghunjam bumi.
Karts juga merupakan cadangan air, yang airnya mengalir melalui sungai Mahakam untuk keperluan seluruh umat manusia. Tembok raksasa ini membentang sepanjang kurang lebih 800 meter menjadi dinding kokoh di Mahakam.

Pada waktu kabupaten Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kabupaten Kutai Barat terkenal sebagai penghasil sarang burung walet. 
Gua-gua yang hanya bisa didatangi dengan berjalan kaki selama berhari-hari merupakan gudangnya sarang burung walet yang membuat wilayah ini menjadi daya tarik para pemberani yang masuk dan naik di goa-goa wallet . 
 Sayangnya zaman keemasan perdagangan walet seakan hanyalah sebuah nostalgia dan sejarah belaka.Diantara Long Bagun dan Datah Dawai terdapat jeram atau riam yang terkenal yaitu Riam Panjang dan Riam Udang. Di Riam Panjang sungai berbatu-batu, namun saat air cukup banyak atau di musim penghujan, batu-batu ini tertutup air sehingga motoris yang melaluinya harus “dapat membaca” dan hapal dimana letak batu-batu besar tersebut.Perjalanan menuju hulu Mahakam akan memicu adrenalin karena speedboat yang kita naiki harus melawan arus deras , pusaran air dan menerjang puluhan jeram. Setiap jeram mempunyai karakteristik yang satu sama lain berbeda. Ketika musim kemarau, beberapa jeram memunculkan bebatuan di permukaan air dan bisa menghancurkan perahu jika  tertabrak. Ada pula yang saat kemarau justru arus di jeram tersebut semakin kuat. Oleh sebab itu, terkadang suatu perjalanan ditunda hingga sungai menjadi agak ‘baik’, istilah para motoris di daerah ini.
Tak sedikit kapal yang karam di riam – riam tersebut. Seperti Riam Haloq, Riam Udang yang terkenal dengan pusaran air yang sangat dahsyat, serta Riam Panjang yang dikiri kanannya terdapat batu dan tebing-tebing yang terjal, sehingga apabila salah mengambil haluan, kapal pun bisa hanyut dan menabrak dinding tebing tersebut.
Di dinding batu terdapat lubang-lubang kotak yang menyerupai makam  Melonda  di Toraja. “Dulu ada kuburan disitu , jelas seorang bapak penduduk asli Tiong Ohang menjelaskan, tetapi kuburannya sudah digali orang dan diambil harta benda yang ada dikuburan tersebut.Kuburan tua atau Lungun, saat ini sudah tidak digunakan lagi.

Di dinding batu yang berada antara kecamatan Long Bagun dan Long Pahangai ini terdapat air terjun diantara batu-batu besar yang terjun bebas ke Mahakam.
“Kita masuk riam udang ya... ‘ terdengar suara asisten motoris dari bagian belakang. Sejenak speed berhenti lalu meraung-raung menanjak di atas permukaan air melawan arus deras sungai Mahakam yang terlihat tidak lagi coklat tetapi berbuih yang menunjukkan derasnya arus.

“Para penumpang merapat ke depan …. ayo bagian belakang dikosongkan“, motoris kembali memerintahkan penumpang merapat ke depan, untuk meringankan dorongan, mungkin. Lalu speedboat seperti dibanting dari atas ketinggian dan byuuur….air masuk ke dalam perahu diiringi teriakan koor penumpang hooaaa.... lalu jleb…. speed seperti dibanting lagi diiringi napas lega semuanya.Air masih mengalir deras membentur batu-batu yang berada di tengah sungai . Arus deras membentuk pusaran lebar dan gulungan-gulungan ombak. ketika speedboat memaksakan kecepatan agar dapat menembus jeram yang ganas ini. Perahu bergoyang ke kiri dan kanan. Air masuk ke dalam membuat pakaian dan pelampung kembali basah kuyup terkena air.

Akhirnya…lolos dari riam udang. Semua penumpang  lega sambil mulai melolosi pelampung masing-masing. Perahu-perahu sangat tergantung dari kekuatan tangan  motoris dalam memegang kemudi , dalam melewati batu-batu besar yang dapat secara tiba-tiba memunculkan riam.Lepas dari jeram, kita memasuki Long Nunuk, kecamatan Long Pahangai. Beberapa penumpang turun.
Tapi ada juga yang naik. Di Long Nunuk ini terdapat landasan pesawat perintis, tepatnya di Kampung Datah Dawai. 



Matahari sudah condong ke barat ketika kami sampai Tiong Ohang.
Mendengar nama Tiong Ohang , saya jadi ingat cerpennya Korry Layun Rampan. Cuplikan kumpulan cerita pendek almarhum Korry Layun Rampan, suku Dayak dari etnis Benuaq dalam Tarian Gantar. Ia yang menulis tentang Tiong Ohang setelah menghabiskan waktu untuk perjalanan selama 1 bulan dari Samarinda ke Tiong Ohang

 Hari pertamaku kuhabisi dengan memandang rimba,
hari kedua aku dikejutkan oleh berita seorang dimangsa ular sebesar pohon kelapa,
hari ketiga aku dilapori petani yang mendapatkan geliga,
hari keempat aku dikagetkan oleh babi dan rusa yang mengamuk di desa, dst..dst… 





Jembatan kayu yang membentang di atas Mahakam menjadi tanda, merupakan trademark, ciri khas ibukota Kecamatan Long Apari ini. Ini adalah akhir perjalanan speedboat. Ke hulu lagi harus ganti dengan menggunakan ketinting atau 'ces'.Berada di sekitar sungai Mahakam, kita perlu membiasakan untuk naik dan turun dari speedboat atau ces di ‘jembatan’ kayu berupa sebilah kayu untuk membantu kita tidak masuk ke air, tetapi bila terpeleset sedikit, bisa dipastikan langsung terjun ke air
 Di Tiong Ohang terdapat penginapan, Pirda yang kamar-kamarnya cukup luas. Penginapan lainnya adalah Putra Apari, desa Tiong Bu’u , dengan tariff relative lebih murah.  Di penginapan-penginapan ini walaupun cukup nyaman, aliran listrik dimulai dari pukul 6 sore hingga pukul 12 malam. 
Pluralitas pada kehidupan masyarakat terjaga baik , hal ini berkaitan dengan sikap dasar orang Dayak yang menghargai sesama. Walaupun untuk para pendatang tidak dimungkinkan memiliki tanah di tanah adat Dayak, namun rasa kemanuasiaannya membolehkan para pendatang beribadah sesuai agamanya.



Di Tiong Ohang terdapat masjid yang cukup besar demikian juga di Long Keriuq, dimana setiap waktu sholat azan dikumandangkan.


Pada abad ke-17. di hilir Mahakam , tepatnya di  Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Raja Kutai Kartanegara. Percampuran nilai dan agama membuat paham orang Dayak saling bertoleransi diterjemahkan dalam peraturan setempat yaitu :


  • Nilai damai, menekankan nilai-nilai hapakat /basara/musyawarah dalam menyelesaikan masalah;
  • Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  • Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;
  • Kebangsaan atau utus;
  • Nilai kesejahteraan bersama yang berkeadilan.

--***--

1 Komentar:

Pada 11 Juli 2016 pukul 18.37 , Blogger iwuk mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda