Menuju Tiong Ohang
Jadwal speedboat dari Long Bhagun menuju kecamatan Long Apari, umumnya berangkat pukul 9 pagi. Di tempat transit - Long Bhagun ibukota Kabupaten Mahakam Ulu, sejak pagi toko-toko dan para penjual makanan sudah siaga, rutin menjajakan makanan pagi hari untuk persiapan bagi yang akan ke Long Apari.Matahari masih sepenggalah ketika perjalanan dimulai dari pelabuhan Batoq Kelo menuju Tiong Ohang – ibukota kecamatan Long Apari.
Dari Batoq Kelo ke Long Apari melalui satu kecamatan lain yaitu Long Pahangai. Perkiraan perjalanan adalah 5 jam tergantung besar atau kecilnya arus sungai, demikian pula penggunaan bahan bakar untuk speedboat,fluktuatif.
Pada saat berangkat, petugas dari dinas Perhubungan setempat mendaftar nama-nama penumpang sekaligus mengecek pembagian pelampung. Dibandingkan dengan perjalanan dari Tering - Long Bagun sebelumnya, dirasa perjalanan ini akan lebih berat, karena penggunaan motor maupun asisten motorisnya : Dobel. Mesin motor dua buah, asisten motoris, 2 orang.Arus Mahakam relative tenang, airnya lagi “baik” bu….seorang Bapak yang
duduk di sebelah saya seolah tahu saya agak khawatir karena dari awal sudah
menggunakan pelampung sesaat setelah pelampung dibagikan. Saya amati, hanya saya
yang mengenakan pelampung, biarlah gak apa-apa, lumayan dapat melindungi diri
dari angin yang bertiup kencang. Disini umumnya orang tidak menyebut speedboat,
melainkan speed. Ada beberapa jenis angkutan di Mahakam ini yaitu speed, ces
dan ces yang besar dan panjang disebut long boat - untuk mengangkut barang
serta kapal kayu.
Kapal kayu jalannya paling lambat, tapi paling murah, dan pemberhentian
terakhirnya sampai di Long Bagun. Waktu tempuh dari Samarinda - Long Bagun menggunakan
kapal kayu sekitar 2 hari 2 malam. Banyak juga peminatnya, karena selain murah
juga bisa puas menikmati eksotisme Mahakam.Perjalanan mudik atau milir di sungai Mahakan dijamin tak membosankan.
Salah satu bentangan Karts yang diusulkan
pemerintah Indonesia untuk menjadi world
heritage pada Perserikatan Bangsa- Bangsa. Menurut cerita di pegunungan Karts tersebut pada abad 17-18 terdapat
kerajaan Panihing. Saat terjadi peperangan dengan kerajaan Kutai, semua
mengungsi dan harta benda disimpan di dalam gua-gua Karts.Saat ini, suku Panihing tinggal di Kecamatan Long Apari yang terdiri dari
10 Kampung atau desa, 6 diantaranya dihuni oleh suku Dayak Panihing atau
Auheng. Ada satu desa yaitu Naha Tivab yang dihuni suku dari Kalimantan Barat
dan Suku Dayak Muntai atau Soputan di Kampung Pananeh I, II dan III yang selalu
hidup berdampingan dengan Suku Panihing.
Karts yang dibentuk dari kapur dan dolomit ratusan
ribu hingga jutaan tahun yang lalu wajib dilindungi sebagai bagian dari
konservasi alam. Di dalamya banyak sungai-sungai bawah tanah, goa-goa penyimpan
artefak prasejarah dan penopang ekonomi masyarakat adat dengan wallet dan madu
yang tersimpan di goa karts maupun di
tebing-tebing yang tegaklurus menghunjam bumi.
Pada waktu kabupaten Mahakam Ulu masih bergabung
dengan Kabupaten Kutai Barat terkenal sebagai penghasil sarang burung walet.
Gua-gua yang hanya bisa didatangi dengan berjalan kaki selama berhari-hari
merupakan gudangnya sarang burung walet yang membuat wilayah ini menjadi daya
tarik para pemberani yang masuk dan naik di goa-goa wallet .
Sayangnya zaman
keemasan perdagangan walet seakan
hanyalah sebuah nostalgia dan sejarah belaka.Diantara Long Bagun dan Datah Dawai terdapat jeram
atau riam yang terkenal yaitu Riam Panjang dan Riam Udang. Di Riam Panjang
sungai berbatu-batu, namun saat air cukup banyak atau di musim penghujan,
batu-batu ini tertutup air sehingga motoris yang melaluinya harus “dapat
membaca” dan hapal dimana letak batu-batu besar tersebut.Perjalanan
menuju hulu Mahakam akan memicu adrenalin karena speedboat yang kita naiki harus
melawan arus deras , pusaran air dan menerjang puluhan jeram. Setiap jeram mempunyai
karakteristik yang satu sama lain berbeda. Ketika musim kemarau, beberapa jeram
memunculkan bebatuan di permukaan air dan bisa menghancurkan perahu jika tertabrak. Ada pula yang saat kemarau justru
arus di jeram tersebut semakin kuat. Oleh sebab itu,
terkadang suatu perjalanan ditunda hingga sungai menjadi agak ‘baik’, istilah
para motoris di daerah ini.
Tak sedikit
kapal yang karam di riam – riam tersebut. Seperti Riam Haloq, Riam Udang yang
terkenal dengan pusaran air yang sangat dahsyat, serta Riam Panjang yang dikiri
kanannya terdapat batu dan tebing-tebing yang terjal, sehingga apabila salah
mengambil haluan, kapal pun bisa hanyut dan menabrak dinding tebing tersebut.
“Para penumpang merapat ke depan …. ayo bagian belakang dikosongkan“, motoris kembali memerintahkan penumpang merapat ke depan, untuk meringankan dorongan, mungkin. Lalu speedboat seperti dibanting dari atas ketinggian dan byuuur….air masuk ke dalam perahu diiringi teriakan koor penumpang hooaaa.... lalu jleb…. speed seperti dibanting lagi diiringi napas lega semuanya.Air masih mengalir deras membentur batu-batu yang berada di tengah sungai . Arus deras membentuk pusaran lebar dan gulungan-gulungan ombak. ketika speedboat memaksakan kecepatan agar dapat menembus jeram yang ganas ini. Perahu bergoyang ke kiri dan kanan. Air masuk ke dalam membuat pakaian dan pelampung kembali basah kuyup terkena air.
Di dinding batu
terdapat lubang-lubang kotak yang menyerupai makam Melonda
di Toraja. “Dulu ada kuburan disitu , jelas seorang bapak penduduk asli
Tiong Ohang menjelaskan, tetapi kuburannya sudah digali orang dan diambil harta
benda yang ada dikuburan tersebut.Kuburan tua atau
Lungun, saat ini sudah tidak digunakan lagi.
Di dinding batu
yang berada antara kecamatan Long Bagun dan Long Pahangai ini terdapat air
terjun diantara batu-batu besar yang terjun bebas ke Mahakam.
“Kita masuk riam
udang ya... ‘ terdengar suara asisten motoris dari bagian belakang. Sejenak
speed berhenti lalu meraung-raung menanjak di atas permukaan air melawan arus
deras sungai Mahakam yang terlihat tidak lagi coklat tetapi berbuih yang
menunjukkan derasnya arus.
“Para penumpang merapat ke depan …. ayo bagian belakang dikosongkan“, motoris kembali memerintahkan penumpang merapat ke depan, untuk meringankan dorongan, mungkin. Lalu speedboat seperti dibanting dari atas ketinggian dan byuuur….air masuk ke dalam perahu diiringi teriakan koor penumpang hooaaa.... lalu jleb…. speed seperti dibanting lagi diiringi napas lega semuanya.Air masih mengalir deras membentur batu-batu yang berada di tengah sungai . Arus deras membentuk pusaran lebar dan gulungan-gulungan ombak. ketika speedboat memaksakan kecepatan agar dapat menembus jeram yang ganas ini. Perahu bergoyang ke kiri dan kanan. Air masuk ke dalam membuat pakaian dan pelampung kembali basah kuyup terkena air.
Akhirnya…lolos
dari riam udang. Semua penumpang lega
sambil mulai melolosi pelampung masing-masing. Perahu-perahu
sangat tergantung dari kekuatan tangan
motoris dalam memegang kemudi , dalam melewati batu-batu besar yang
dapat secara tiba-tiba memunculkan riam.Lepas dari
jeram, kita memasuki Long Nunuk, kecamatan Long Pahangai. Beberapa penumpang turun.
Tapi ada juga yang naik. Di Long Nunuk ini terdapat landasan pesawat perintis, tepatnya di Kampung Datah Dawai.
Matahari sudah
condong ke barat ketika kami sampai Tiong Ohang.
Mendengar nama
Tiong Ohang , saya jadi ingat cerpennya Korry Layun Rampan. Cuplikan
kumpulan cerita pendek almarhum Korry Layun Rampan, suku Dayak dari etnis
Benuaq dalam Tarian Gantar. Ia yang menulis tentang Tiong Ohang setelah menghabiskan
waktu untuk perjalanan selama 1 bulan dari Samarinda ke Tiong Ohang
Hari pertamaku
kuhabisi dengan memandang rimba,
hari kedua aku
dikejutkan oleh berita seorang dimangsa ular sebesar pohon kelapa,
hari ketiga aku
dilapori petani yang mendapatkan geliga,
hari keempat
aku dikagetkan oleh babi dan rusa yang mengamuk di desa, dst..dst…
Jembatan kayu yang membentang
di atas Mahakam menjadi tanda, merupakan trademark, ciri khas ibukota
Kecamatan Long Apari ini. Ini adalah akhir perjalanan speedboat. Ke hulu lagi
harus ganti dengan menggunakan ketinting atau 'ces'.Berada
di sekitar sungai Mahakam, kita perlu membiasakan untuk naik dan turun
dari speedboat atau ces di ‘jembatan’ kayu berupa sebilah kayu untuk
membantu kita tidak masuk ke air, tetapi bila terpeleset sedikit, bisa
dipastikan langsung terjun ke air
Di Tiong Ohang
terdapat penginapan, Pirda yang kamar-kamarnya cukup luas. Penginapan lainnya
adalah Putra Apari, desa Tiong Bu’u , dengan tariff relative lebih murah. Di penginapan-penginapan ini walaupun cukup
nyaman, aliran listrik dimulai dari pukul 6 sore hingga pukul 12 malam.
Pluralitas pada
kehidupan masyarakat terjaga baik , hal ini berkaitan dengan sikap dasar orang
Dayak yang menghargai sesama. Walaupun untuk
para pendatang tidak dimungkinkan memiliki tanah di tanah adat Dayak, namun
rasa kemanuasiaannya membolehkan para pendatang beribadah sesuai agamanya.
Di Tiong Ohang
terdapat masjid yang cukup besar demikian juga di Long Keriuq, dimana setiap
waktu sholat azan dikumandangkan.
Pada abad
ke-17. di hilir Mahakam , tepatnya di Kerajaan
Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam, agama Islam
yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Raja Kutai
Kartanegara. Percampuran nilai dan agama membuat paham orang Dayak saling
bertoleransi diterjemahkan dalam peraturan setempat yaitu :
- Nilai damai, menekankan nilai-nilai hapakat /basara/musyawarah dalam menyelesaikan masalah;
- Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;
- Kebangsaan atau utus;
- Nilai kesejahteraan bersama yang berkeadilan.
--***--
1 Komentar:
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda