WISATA SEJARAH KE PERCANDIAN BATUJAYA
Gerbang Di Kecamatan Batujaya-Kab.Karawang |
Prasasti Wilujeng sumping dari propinsi Jawa Barat |
Siapa menyangka
, bahwa tak jauh dari Ibukota, yaitu sekitar 50 Km kearah Timur Jakarta
ditemukan situs percandian tertua, yang konon didirikan bertahap, tertua abad
ke 2 dan termuda pada abad ke 12. Berarti situs ini ada sebelum Candi Borobudur
yang dibangun pada abad ke 8. Kompleks percandian Batujaya terletak di
Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya. Mengingat letaknya yang relative dekat
ibukota, keberadaannya di perkampungan yang relative padat penduduknya, maka
tak sulit untuk mencapainya. Dari Jakarta ke Karawang dapat ditempuh dengan shuttle
bus, bus dari Kampung Rambutan atau lainnya. Apabila ‘bertanya’ pada WAZE,
mungkin akan dijawab, waktu yang diperlukan 2 jam. Namun mengingat jalan
belum mulus dan relative sempit maka
waktu yang diperlukan sekitar 3 sampai 4 jam. Memasuki Karawang kita melalui
‘lumbung padi’ Jawa Barat, suguhan pemandangan sawah dengan padi siap panen, mengantar
kita sampai di Desa Batujaya.
UNUR
Unur Damar
sebagimana terlihat di foto, masih berupa gundukan tanah berisi bata yang
sebagian menyembul keluar. Situs ini sudah dibersihkan, dipagar dan tidak
diatanami lagi. Penduduk setempat
menaruh hormat atau memandang gundukan ini sebagai tempat angker.
Publikasi
penemuan ini oleh Arkeolog universitas Indonesia tahun 1984 , namun baru
dilakukan ekskavasi pada tahun 1999. Lokasi komplek percandian ini di area seluas
Lima Kilometer persegi
Candi Jiwa dipenuhi sinar senja kuning keemasan |
Matahari masih
terik walaupun sudah hampir masuk ke peraduannya. Bukan terik , mungkin cerah
adalah istilah yang lebih tepat. Sinarnya kuning keemasan memahkotai Candi Jiwa
ditengah hamparan sawah yang menghijau. Indah sekali.
Candi Jiwa,
awalnya oleh peneliti disebut Unur Jiwa dan dalam istilah penelitiannya diberi
kode Segaran I. Segaran adalah nama kampung situs ini. Candi Jiwa ini berukuran
19 x 19 m dengan tinggi 4,7 m. Konon, disebut “jiwa” karena beberapa penduduk
setempat, saat masih berupa unur, beberapa binatang seperti kambing , sering
mati di tengah unur tersebut, jiwanya ‘tersedot’, sedingga unur tersebut
disebut unur Jiwa.
Komponen Stupa Candi |
Bagian atas candi Jiwa dibiarkan terserak, belum selesai
dipugar dan kemungkinannya ada semacam stupa di tengahnya sebagaimana bentuk
batuan lain yang ditemukan. Lingkaran yang belum terbentuk ini dengan diameter
sekitar 6 meter. Dan sebagian masyarakat Budha meyakini bahwa itulah tempat stupa
yang hilang.
Keberadaan stupa juga menguatkan fungsi candi sebagai bangunan sakral pemujaan,
sekaligus coraknya yang berlanggam Buddha. Biasanya, peribadatan yang dilakukan
untuk tipe candi stupa adalah berjalan mengelilingi candi sebanyak tiga kali
searah jarum jam sambil membaca mantra (doa).
Perayaan Trisuci
Waisak, umat Buddha kerap datang ke komplek percandian ini untuk melakukan upacara
keagamaan.
Candi Blandongan
Bagian per bagian dipugar |
Berbeda dengan
Candi Jiwa yang di situsnya hanya ditemukan bata dan jejak kaki, maka di situs
Blandongan ditemukan gerabah. Perbedaan utama lainnya adalah adanya tangga naik
di Blandongan, hal yang tidak ditemukan di candi Jiwa. Candi Blandongan ini
memiliki bentuk bujur sangkar berukuran 24,2 x 24,2 meter. Candi bata ini
bertingkat satu dengan sebuah stupa di bagian tengahnya. Pada lantai dasar
terdapat empat tangga masuk pada yang berorientasi pada empat arah mata angin,
yakni timurlaut, Barat laut, baratdaya, dan tenggara. Namun hanya sisi timurlaut
saja yang memiliki gapura pintu masuk.
Adanya Tangga- Perbedaan Utama Dengan Candi Jiwa |
Menjelajahi situs-situs candi yang
tersebar pada area 5 kilometer sudah dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan
roda empat. Salah satu situs yang bukan berupa candi adalah situs sumur tua.
Saat arkeolog menggali tumpukan bata, salah satunya ditemukan sumur tua dengan
kedalaman 20 cm hingga 100 cm , tertimbun tanah. Saat ini airnya terlihat pekat
kehujauan ditutup cungkup untuk melindunginya. Ada yang memperkirakan bahwa zaman
dahulu, saat peziarah dating memasuki
komplek percandian Batujaya, mereka mengambil air membersihkan diri di sumur
ini dan meninggalkan barang-barang atau hartanya di suatu tempat di desa
Segarajaya.
Candi Sumur |
Kehadiran percandian ini meninggalkan banyak tanya,pohon-pohon berdiri tegak, menjadi saksi segenap usaha
menguak prasejarah dari muara Citarum
Semuanya masih misteri , menunggu jawaban dari para arkeolog yang sedang bekerja keras membuka tabir cerita dibalik kehadiran percandian yang dimulai dari abad ke 2 atau ke 4 atau mungkin sebelumnya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda