Jumat, 05 Januari 2024

Cerita tentang Gule kambing di puncak pertapaan Abiyoso hingga jalan ke Puncak Natas Angin

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kaki - kaki kami sudah menginjak kembali pertapaan. Eyang Abiyoso, seorang tokoh yang petilasannya didatangi para dalang dan crew lengkapnya, sebut saja nama petilasannya Puncak Abiyoso. Di tempat ini ada 3-4 warung makan khas gunung ( nasi, mie, yah... makanan minimalis lah, yang penting bisa kenyang dan punya tenaga kembali untuk melanjutkan perjalanan). Seperti hari itu, saat perjalanan turun dari Puncak Natas Angin kami singgah kembali di Puncak Aboyoso. Nasi hangat dan lauk kering yang kami bawa sebagai bekal terhidang. Saya lihat para porter yang mengantar kami tadi ke Puncak Natas Angin dengan lahap makan nasi hangat dan gule kambing. Gule kambing di puncak gunung ? Itulah keistimewaan partapaan Eyang Abiyoso,  Begini cerita singkatnya tantang Dunia Per Dalangan menurut Prapto Yuwono yang berprofesi sebagai Dosen Sastra Jawa di Universitas Indonesia. Dalang adalah pion yang digerakkan Tuhan penguasa alam untuk menceritakan hancurnya kebatilan melawan kebaikan. Topik cerita atau lakon sudah given sejak ia mulai fokus pada cerita pedalangan, mulai dari ide , menancapkan gunungan hingga menuntaskan seluruh cerita yang biasanya dari jam 9 malam hingga menjelang subuh tanpaa jeda, dalang  hanya sebagai personifikasi atau bayangan tuhan karena ia yang menciptakan serta menggerakkaan cerita kehidupan pada wayang. Wayang diakui sebagian sejarawan hadir abad 9 sebelum agama Hindu masuk. Saat itu yang menjadi dalang , terutama untuk acara sakral adalah seorang Pendeta Hindu.                      Berikut arsip pendakian dari Base Camp Rahtawu- Petilasan Abiyoso- Natas Angin. 


Menginap Semalam di Kota Kudus, tepat Malam Tahun Baru


Ketempat sahabat yang sedang mantu di Kudus


 


Base Camp Ratawu

Menuju Pos 2

Hujan sampai di Petilasan Abiyoso ( Pos 4)

Bersama Ibu Warung yang ramah di Petilasan Abiyoso







Dari Petilasan Abiyoso Berhenti sejanak di Petilasan Soekarno


Sampai di Puncak Bayangan Menuju Jalur Naga

Jalur Naga







Alhamdulillah sampai Puncak Natas Angin

Rabu, 20 Desember 2023

Gunung Gajah Mungkur


 

Kami berlima : Iwuk, Dewi YP, Diah Laras, Pratiwi dan Yuni berkumpul sekitar pkl 6 di rumah Dewi di Surabaya. Selanjutnya menuju basecamp : Telogo setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam. 

Baca selengkapnya »

Minggu, 03 Februari 2019

Bondowoso-Kota Megalitikum


Dari kaki gunung Argapura yang puncaknya masih diselimuti awan, terhampar sekitar 1200 batuan yang dipercayai berasal dari zaman Megalitikum. Tepatnya di kota Bondowoso, dimana hampir disetiap kecamatan terdapat batu pra sejarah ini.

Masjid Agung Dibalik Rerimbunan Pepohonan -Kota Bondowoso 

Di tahun 2018 , mulailah penataan dilakukan oleh Pemkab Bondowoso dengan membangun semacam museum yang kini menjadi tempat murid sekolah belajar untuk lebih mengenal sejarah atau jaman prasejarahnya.
Para Pelajar-Belajar Di Musium

Batu2 Megalitikum yang bertebaran, diantaranya terdapat di perusahaan kayu Selasihan Indah, 
diboyong juga disatukan dengan benda bersejarah lainnya di museum.




Jalan berkelok kea rah arak-arak, lalu masuk jalan kecil di Glingseran kec Wringin. Situs Batu Gending terletak di tengah kebun yang saat ini ditanami pohon jagung. Menuju situs ini harus dalam cuaca cerah karena harus melalui Jalan tapak , smenanjak dan hati-hati jangan sampai merusak tanaman jagung yang mulai berbuah.
Situs Glingseran-Desa Glingseran, Kec.Wringin

Walaupun situs ini terletak di lahan / kebun masyarakat, namun ada petugas kebersihan yang minimal sehari sekali menyapu dan membersihkan area situs,

Batu Dua Muka-Pria/kiri dan Wanita/Kanan



Gerabah , besi, mata uang seakan sejarah yang tak putus semuanya menyatu di Bondowoso



Yang tak boleh lupa, selain dikenal sebagai kota Tape, maka kopi Bondowoso juga top. Kopi kualitas premium, dijual penduduk dengan plastikan. Sebungkus bisa untuk 5 cangkir dijual seharga Rp 3000. Ueenakk…murah. 
Ayo……ngopi kopi Bondowoso.

Jumat, 28 Desember 2018

Tanah Seribu Misteri Sejuta Harapan

Bercandanya, Satu BTS Seribu Orang ,makanya susah terus dapat sinyal

Tanah seribu misteri, sejuta harapan adalah ucapan Bupati Mamberamo Raya saat mengucap selamat datang pada Menterisinyal “  yang datang beberapa bulan yang lalu di Mamberamo Raya. Bercandanya, sinyal 1 BTS yang ada di kampung  Waremboriini digunakan untuk 1000 orang. Menteri sinyal  Rudiantara datang, untuk melihat sendiri pembangunan BTS, tetapi karena daerah luas, maka di Kasonaweja sinyal tetap sulit, sekali2 saja munculSetelah kedatangan  Menteri Sinyal, ternyata kehadiranMenteri Lampu”.juga ditunggu.

 Resminya, listrik mulai menyala sekitar pk.6 petang  sampai menjelang pagi, tetapi kenyataannya saat saya menginap di rumah kepala Kampung  , listrik sudah dua minggu listrik padam , karena ada alat yang rusak, kata yang buka warung kelontong tempat saya membeli lampu senter.
Ibukota  Kabupaten ini resminya  ada di Burmeso. Jadi kalau dari pelabuhan tempat sandar kapal  Kasonaweja untuk ke Burmeso kita harus menyeberang lagi menggunakan boat menuju ibukota kabupaten ini. Uniknya  denyut kehidupan justru berada di Kasonaweja, termasuk lapangan terbang ada di Kasonaweja. Misteri juga J


Bandara Eksisting di Kasonaweja

Berdiri di bandara Penerbangan Pesawat perintis




Gambar dari Google- Pesawat Alfa Trans nyungsep karena licin dan landasan tergenang air

Lapangan terbang  Kasonaweja digunakan untuk penerbangan perinti sehingga  tidak diperlukan runway. Saat saya bertanya  pada ojeg, minta antar ke bandara , maka ia menunjuk rambu gambar pesawat. Ternyata kita sudah ada di 'bandara' yang mirip lapangan bola dengan rumput2 tinggi tak beraturan. Rumput di saluran drainase terlihat tumbuh subur, maka tak heran bila medio Desember yang lalu pesawat Alfa Trans berpenumpang sekitar 8 orang nyungsep di rerumputan akibat landasan tergenang air. 

Bandara Baru kah?
Rencana Bandara Baru di Weribilasi 

Pohon-pohon sudah ditumbangkan

Buldozer sudah disiapkan
Saat ini sedang dilakukan Perataan tanah untuk bandara baru, di Weribilasi. Sudah dilakukan pembebasan tanaman yang berada di atas lahan yang direncanakan, entah berapa M yang harus dikeluarkan untuk mengganti tanaman ini. Bukan tanahnya. Sepintas memang terlihat mahal. Namun bila kita rasakan dampak bagi masyarakat yang kesehariannya hidup dari meramu, maka harga  pohon dan tanaman sekian M ini masih tak sebanding dengan keperluan hajad hidup masyarakt  bila tanpa dibarengi pendampingan masyarakat untuk memulai  cara dan tatanan kehidupan yang beda.
Pohon-pohon sagu yang baru tumbuh tertimbun tanah, pokok2 pohon besar tumbang menyisakan lumpur  dan tanah tergerus, tandus.
Memungut kangkung diantara tanaman yang tersisa

Bersama ibu Irene Soromaja, istri paitua kepala kampung
Beberapa langkah dari tempat pemerataan tanah, beberapa perempuan terlihat mencari kangkung yang tersisa dari kebun mereka sebelumnya. Cukup miris, karena tanah untuk orang asli papua adalah pemberi makan dan minum  bagi mereka.

Paitua (bapak) kepala kampung , Simon Welasi  bersama istrinya Irene Soromaja menceritakan pemilik tanah ulayat adalah suku Kawera dengan beberapa fam : Welasi, Soromaja, Nyara, Imara, Mamauso dan Tawam. Entah betul atau tidak, patipa,  misteri juga J
Akrab berbincang dengan  istri kepala kampung yang menyewakan kamarnya 500 rb per malam, lumayan ada kamar mandi di dalam walaupun airnya dari air hujan tetapi cukup banyak dan jernih. Memenuhi bak mandi.
Anggrek yg tumbuh subur, ikan segar...di pasar menunggu pembeli



Ia menceritakan sempat menjadi kontraktor saat ada proyek air bersih.  Lalu dikeluarkannya album foto sambil ia terus cerita, ini pak haji yang membantu membelikan pipa, ini difoto orangnya dan uang yang diterimanya, ini foto pipa2 yang akan dipasang dan ini valve yang sudah dipasang. Aku melongo saja mendengarnya……  gak kebayang bagaiman menfungsikan proyek di Papua ini. Mungkin tanpa proyek infrastruktur, namun diganti dengan pendampingan yang lebih intens justru dapat membuat peningkatan kehidupan  yang lebih signifikan dengan bersandar  dan mempertahankan sumber daya alam yang melimpah.

Berbicang dengan ibu Vera dan penduduk setempat tentang budaya makan pinang
Anggrek kelinci-siap dikirim bila ada yang pesan

Jajaran anggrek hutan bakau

Salah satu kebanggan masyarakat Mamberamo adalah anggrek bakau, anggrek yang hidup di kayu mangi-mangi  seperti anggrek kelinci  yang daunnya berbentuk telinga kelinci , anggrek harimau  dan sarang semut yang digunakan untuk obat .Berbagai jenis ikan tawar ternyata bukan  berasal  dari Sungai Mamberamo, melainkan dari dua danau besar yang airnya menyatu dengan sungai Mamberamo yaitu danau Bagusa dan danau Rumbabai. Ikan-ikan tertentu seperti sammasi dan kakap  hanya keluar saat bulan terang

Kamis, 27 Desember 2018

Mamberamo (Dari Jayapura ke Kaso)



Mamberamo, dalam bahasa Dani , Mambe artinya besar dan Ramo adalah besar.
Mamberamo, sungai sepanjang 670 Km dengan kapasitas lebih dari lima ribu kubik air per detik ini terbagi atas 3 zona. Bagian hulu mengalir diantara  celah pegunungan Jayawijaya, bagian tengah  mengalir diantara tebing-tebing dataran tinggi yang luas , dan ke hilir kiri kanan  rawa-rawa datar dimulai dari kabupaten Mamberamo Raya hingga muara di kampung Teba. Perjalanan dari Jayapura dengan kapal yang setiap minggu berangkat dari Jayapura dan kembali lagi sampai di Jayapura hari Sabtu dalam pekan yang sama.
Selain dengan pesawat, ke Mamberamo dapat ditempuh dengan kapal

 

Dengan harga tiket Rp 500 –Rp 600, kita sudah dapat duduk di kelas VIP, ber AC dan tempat duduk reclining seat. Expres Belibis 8, pengganti kapal yang sedang diperbaiki
Meninggalkan Jayapura melalui lautan Pasific sekitar 20 Mil dari daratan pulau Papua . Melewati Sarmi tanpa berhenti dan akhirnya sampai di Teba. Kota kecamatan di pantai sebelum masuk muara Sungai Mamberamo.
Memasuki Teba

Persinggahan sebelum melaju ke Mamberamo



Duduk , jalan-jalan, turun dari kapal saat kapal sandar di Teba adalah kegiatan rutun di kapal selain Karaoke dan nonton suguian fil m laga. Di bagian belakang ada tempat ngopi dan mi gelas. Standar kapal. Makanan dibagikan sehari sekali dengan nasi yang kedinginan karena kelamaam di ruang ber AC snack roti , lumayan di celup2 di the manis beli di kantin buritan.
Saat seruling berbunyi tiga kali tanda monoton sirna, baik saat kapal berangkat atau berlabuh.


Singkong Panas, Empuk dan Gurih...pengganti nasi

Bermalam Di Teba
Senja Menjelang Malan di Teba


Penumpung menunggu dengan berbagai aktivitasnya

Memasuki Mamberamo, airnya kecoklatan dibanding di laut. Kapal melaju, berusaha pelan, namun tak luput kapal kayu yang berpapasan terlihat sedikit oleng.
Kapal membelah Mamberamo , melawan arus, namun kali ini tak banyak kayu2 dari hulu yang terdorong ke hilirKapten kapal menyilakan sata, tukang foto2 ini ke bagian depan, ke haluan. Potret2 supaya leluasa., katanya.

Tanpa Ombak, Mamberamo baak kaca biru yang bening

Tiba di Kaso , Kasonaweja - ibukota Kab Mamberamo Raya