Cerita Mama- mama Asmat adalah satu bagian dari sekian cerita lain yang saya rencanakan untuk saya arsipkan lewat tulisan
Hari masih pagi, sedikit mendung diatas pantai Agats.
Serombongan penumpang bergegas turun dari perahu.
|
Suasana Pelabuhan Feri Agats Di Pagi Hari |
|
Mama-mama Datang dari Kampung Yepem - sekitar 2 jam perjalanan kapal motor tempel |
Seorang
perempuan jenjang bertelanjang kaki berjalan cepat membawa kangkung darat yang
telihat dicabut langsung dari tanah. Salah satu ciri perempuan Asmat adalah
tinggi badannya rata-rata diatas 160 cm.
|
Bergegas menuju lapak- menggelar dagangan di pinggir jalan dekat pelabuhan |
Ada lagi seorang
wanita begitu sibuk dengan beberapa tas dan satu tangan lagi menggendong anak.
Kerepotan mengurus anak atau anak-anak bukan alasan untuk terbebas dari ‘menjual hasil bumi’.
|
Kesibukan seorang ibu |
|
Menggendong anak tak menyebabkan terlepas dari kewajiban menjual hasil kebun |
Seorang wanita dengan rambut dikucir rapi membawa tas plastik besar, dijinjing di tangan kanan dan tangan kiri mencangklong tas/noken
|
Wanita Asmat-rata rata tinggi sekitar 160 cm lebih |
Mama-mama
Asmat ini berangkat dari kampungnya di Yepem pagi-pagi dengan menunpang kapal
motor tempel 40 – 80 PK. Untuk menuju kampung Yepem, kapal dari pelabuhan feri
menuju muara sungai Siretsy dengan waktu tertentu bisa digunakan kapal motor
namun bila sungai surut harus berganti long boat. Jadi saat mama-mama
‘berjualan’ mereka juga dibatasi waktu karena adanya pasng surut sungai
Siretsy
|
Long Boat di sungai Siretsy menuju Kampung yepem |
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda