Selasa, 20 Juni 2017

ILE LABALEKAN Membuka Jalur Kupang Semau

Antri Untuk Masuk ke KMP -  ILE LABALEKAN
Sebuah truk bermuatan sapi berdempetan dengan truk lain yang membawa rumput laut ditimpali derung suara rombongan motor yang kemudian  berbaris, parkir berjajar berimpitan di geladak.
Itulah sekelumit kesibukan diatas 
Feri ILE LABALEKAN sesaat akan berangkat
 melayari Kupang - Semau dengan jadwal 4hari dalam seminggu sejak Desember 2015.
Para perawat, guru dan para PNS serta pekerja lain menyambut gembira karena dengan biaya murah sudah dapat menyambung silaturahmi, bertemu sanak keluarga secara rutin. Kapal dengan panjang 50 meter lebih ini diberi nama
sebuah gunung di Propinsi Nusa Tenggara Timur.





Speedboat- praktis namun lumayan mahal biayanya.
Pulau Semau sebenarnya dapat ditempuh dalam waktu perjalanan 
kurang dari 30 menit 
dengan menggunakan speedboat, 
setiap saat , 
walaupun harus merogoh kocek lumayan mahal yaitu sekitar Rp 100.000 sekali jalan.  
Maka dengan adanya Feri Ile Labalekan, 
sangat menguntungkan masyarakat yang 
secara rutin bekerja atau pulang di Kupang - Semau.

Karang-karang pantai mengucap selamat datang di Semau

Kering, namn tetap menyisakan keindahan.

Kering, banyak karang
namun sarat dengan keindahan alami.
Itulah kesan pertama menginjakkan kaki di Semau, pulau yang 'berhadapan' dengan kota Kupang.

Rumah berpagar batu karang yang disusun rapi berkesan kokoh.




Rumah Lokal, bernuansa lokal, berkawan dengan alam



Masih banyak ditemukan rumah2 penduduk asli
 yang alami, bersih namun bila dilihat 
dari sudut standar permanen akan masuk
 pada ‘rumah non permanen, 
padahal trtata asri beratap daun kering 
yang diikat rapi menjadi atap pelindung
 dari teriknya matahari dan angin.





Batu Karang disusun berderet menjadi pagar kokoh.


Menemani cucu (Albi) bermain pasir-putih sehalus tepung


Salah satu ke khasan pantai di Semau adalah

Pasir pantainya putih dan halus seperti tepung
demikian seorang mama2 di pasar  Oesapa 
menyampaikan pada saya pagi sebelumnya.


Pipa Air berdiameter 3 inci, ribuan meter 'mengelilingi' pulau
PAH menunggu hujan turun.
   

NTT adalah daerah tandus, kurang air.
Banyak proyek
bantuan pemerintah pusat dan daerah
serta dana asing
disedot untuk program air bersih.





Sayangnya, walaupun banyak bak-bak air,
PAH (Penampung Air Hujan) tersedia,
bertebaran di setiap sudut desa ,
namum masalah air minum
seakan tak ada putusnya.

Program ada, namun kesinambungannya yang kurang diperhatikan.




Semau....kecantikan alami tak bertepi.


















0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda