Minggu, 10 Desember 2017

Menyirih di lorong Baiturahman


Terang tanah sebuah istilah pagi hari sebelum matahari mamancarkan sinarnya. Suasana Masjid Baiturahman di Banda Aceh masih hening,
Baiturahman di pagi hari

Lelap Di Tangga Lingkungan Masjid
Sementara beberapa orang masih tenggelam dalam mimpi di tangga2 lingkungan masjid.

Dibalik megahnya Masjid indah ini serombongan penjual pinang mulai  mangkal dan menjajakan dagangannya di jalan keluar masjid.Mereka terlihat sangat sederhana, sesederhana pinang yang dijual dengan harga Rp 500 sebungkus. Ada dua jenis pinang. Pertama pinang untuk cemilan. Terdiri dari daun sirih membungkus pinang yang dicampur kacang. Langsung dimakan setelah dikunyah. Pinang dan kacang tersebut sudah direbus dan diuleg lembut lalu menjadi isi dari camilan ‘sirih’  ini.Jenis kedua untuk penguat gigi diisi dengan kapur dan pinang, ini yang bisa membuat merah bibir .Pertanyaannya, masih eksis juga ya para penjual pinang apakah ada pembeli2 atau wanita atau para belia yang membelinya.
Salah Seorang Ibu Penjual Pinang di Lingkungan Baiturahman
 
Menurut ibu penjual ini, banyak juga wanita muda di Aceh yang menyukai baik camilan pinang sirih atau pinag sirih beneran.Yang biasa merasakan, tentu susah meninggalkannya , karena selain untuk menguatkan gigi, pinang ini juga untuk diet….ya bagaimana enak makan kalau mulut terus menerus mengunyah pinang, perut tidak berasa lapar, efektif banget untuk diet.


Sebelah kiri adalah camilan, langsung dimakan dengan daun sirihnya
Dibungkus 'conthong' yang rapi dan disemat cengkeh sebagai pengunci dikerjakan oleh tangan-tangan tua yang setia dengan pekerjaannya.... ciee...cobain deh. Kalau yang pakai kapur , kata orang Aceh berasa gelat, sepet kalau kata orang Jawa.












0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda