Minggu, 14 Januari 2018

ASMAT : Fenomena Loncatan Budaya



Kota di atas papan, pernah menjadi julukan bagi Kabupaten Asmat, namun kini sebagian papan sudah menjadi beton, sehingga julukannya menjadi kota diatas rawa, di atas air. 
Kota Di Atas Rawa



Tanah yang berawa-rawa menjadikan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Laut Arafuru ini berlimpah dengan hasil ikan dan udang. Hutan di Agats hasilnya : madu, gaharu, menyan dan flora - fauna. Hutan ini diakrabi penduduk asli dengan kearifan lokalnya. Mereka tahu kapan burung kakaktua bertelor, menetas dan…. mereka ambil anaknya untuk dijual ke ‘para pendatang’ yang kemudian menjualnya dengan harga mahal keluar pulau
Burung Kakaktua dan Nuri Siap Diberangkatkan Ke Luar Pulau













Sebagian mencoba menyesuaikan diri dengan ikut berjualan. Dengan mengambil lapak dipinggir penjual kain, bapak dalam foto ini mencoba menyesuaikan diri berjualan sayur dan hasil hutan lainnya.

 
Menjual Sayur-Mencoba Mengikuti Cara Berdagang Para Pendatang

Loncatan budaya, perubahan lingkungan dari hutan yang berlimpah ke wilayah yang sempit dibarengi jual beli yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya tentu bukan suatu hal yang mudah dihadapi
Pusat Perdagagan di Asmat







Tentu harus ada uluran tangan pemerintah dan para pemerhati  untuk membantu masyarakat yang tengah menghadapi guncangan budaya ini






Mama-mama mendapat ikan dengan cara memungut ikan yg tersesat di saluran
Belut dan Ikan Sepat Mendatangi perangkap


Sejenis ikan sepat di sungai, mendatangi perangkap. Esoknya seorang Bapak tinggal mengambil dan membawa pulang ikan sebagai sumber protein keluarganya.

Mereka biasa mengambil dari alam, tanpa perlu banyak usaha, tanpa tenaga besar karena alam dari sejak jaman moyangnya sudah menyadiakan segala keperluan untuk keberlangsungan hidupnya. Sampai kapankah dalam kondisi ini masyarakat Asmat bisa bertahan ?
Diperlukan perhatian Antropolog untuk melihat sisi kemanusiaan yang melihat dari potensi atau kondisi yang dimiliki manusia dengan mengingat struktur masyarakat masa silam dan masa kini, karena ini semua akan menjadi petunjuk dalam mencari masa depan yang lebih baik.




Perlu empati dan simpati untuk melakukan evaluasi secara berkala terhadap ketepatan program pemerintah
 

Kapal Bantuan - Program Pemerintah


Peningkatan Perahu Tradisional  Dengan Motor tempel


Kehadiran solar cell, motor, gadget serta peralatan teknologi lainnya akan membantu masyarakat untuk mulus mengahadapi guncangan budaya asalkan tidak disertai ‘harga jual beli’ atau pengambilan keuntungan semata.
Solar Cell Sejak Lama Diperkenalkan di Asmat


Masyarakat peramu dan pengumpul tidak mengenal budaya jual beli. Papaeda yang banyak dijual di kota, adalah inovasi para pendatang yang membuat sagu ‘naik taraf’.

Menjual Makanan, Belum Dikenal Dalam Budaya Masyarakat Peramu dan Pemburu


Pasat, HAnya Cocok Untuk Kota Besar seperti Jayapura, Jangan Buat Pasar di Distrik Sepi

Budaya Tulis dan Gadget Mencerdaskan, Namun Pengenalannya Perlu Diberengi Dengan pendampingan atau pengiriman siswa ke luar daerah

Perlu Bantuan Para Pakar Pertanian Untuk Penyimpanan Pasca Panen

Perlu Bantuan Untuk Pengolahan Pasca Panen







 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda