Kota di atas papan, pernah menjadi julukan bagi
Kabupaten Asmat, namun kini sebagian papan sudah menjadi beton, sehingga
julukannya menjadi kota diatas rawa, di atas air.
|
Kota Di Atas Rawa |
|
|
|
Tanah
yang berawa-rawa menjadikan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Laut
Arafuru ini berlimpah dengan hasil ikan dan udang. Hutan di Agats hasilnya :
madu, gaharu, menyan dan flora - fauna. Hutan ini diakrabi penduduk asli dengan
kearifan lokalnya. Mereka tahu kapan burung kakaktua bertelor, menetas dan…. mereka
ambil anaknya untuk dijual ke ‘para pendatang’ yang kemudian menjualnya dengan
harga mahal keluar pulau
|
Burung Kakaktua dan Nuri Siap Diberangkatkan Ke Luar Pulau |
|
|
Sebagian mencoba menyesuaikan diri
dengan ikut berjualan. Dengan mengambil lapak dipinggir penjual kain, bapak dalam
foto ini mencoba menyesuaikan diri berjualan sayur dan hasil hutan lainnya.
|
Menjual Sayur-Mencoba Mengikuti Cara Berdagang Para Pendatang |
Loncatan
budaya, perubahan lingkungan dari hutan yang berlimpah ke wilayah yang sempit
dibarengi jual beli yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya tentu bukan suatu
hal yang mudah dihadapi
|
Pusat Perdagagan di Asmat |
Tentu
harus ada uluran tangan pemerintah dan para pemerhati untuk membantu masyarakat yang tengah
menghadapi guncangan budaya ini
|
Mama-mama mendapat ikan dengan cara memungut ikan yg tersesat di saluran | | | | | |
|
Belut dan Ikan Sepat Mendatangi perangkap |
|
Sejenis ikan sepat di sungai, mendatangi perangkap.
Esoknya seorang Bapak tinggal mengambil dan membawa pulang ikan sebagai sumber
protein keluarganya.
Mereka biasa mengambil dari alam, tanpa perlu banyak
usaha, tanpa tenaga besar karena alam dari sejak jaman moyangnya sudah
menyadiakan segala keperluan untuk keberlangsungan hidupnya. Sampai kapankah
dalam kondisi ini masyarakat Asmat bisa bertahan ?
Diperlukan perhatian
Antropolog untuk melihat sisi kemanusiaan yang melihat dari potensi atau
kondisi yang dimiliki manusia dengan mengingat struktur masyarakat masa silam
dan masa kini, karena ini semua akan menjadi petunjuk dalam mencari masa depan
yang lebih baik.
Perlu empati dan simpati untuk melakukan evaluasi secara berkala terhadap ketepatan program pemerintah
|
|
Kapal Bantuan - Program Pemerintah |
|
Peningkatan Perahu Tradisional Dengan Motor tempel |
Kehadiran solar cell, motor, gadget
serta peralatan teknologi lainnya akan membantu masyarakat untuk mulus mengahadapi
guncangan budaya asalkan tidak
disertai ‘harga jual beli’ atau pengambilan keuntungan semata.
|
Solar Cell Sejak Lama Diperkenalkan di Asmat |
Masyarakat peramu dan pengumpul
tidak mengenal budaya jual beli. Papaeda yang banyak dijual di kota, adalah
inovasi para pendatang yang membuat sagu ‘naik taraf’.
|
Menjual Makanan, Belum Dikenal Dalam Budaya Masyarakat Peramu dan Pemburu |
|
Pasat, HAnya Cocok Untuk Kota Besar seperti Jayapura, Jangan Buat Pasar di Distrik Sepi |
|
Budaya Tulis dan Gadget Mencerdaskan, Namun Pengenalannya Perlu Diberengi Dengan pendampingan atau pengiriman siswa ke luar daerah |
|
Perlu Bantuan Para Pakar Pertanian Untuk Penyimpanan Pasca Panen |
|
Perlu Bantuan Untuk Pengolahan Pasca Panen |
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda